Ini sebenernya tulisan yang aku buat hari senin minggu kemaren (sekarang hari minggu -_-). Tapi baru di-edit dan di-publish hari ini. Hehehe... Better late than never lah. Sayang udah nulis panjang-panjang. Enjoy..
Tadinya aku nggak terlalu tertarik untuk nonton film Perahu Kertas, justru lebih tertarik untuk baca novelnya aja, tapi belum kesampean terus. Tapi suatu hari aku baca artikel di koran tentang ciumannya Maudy Ayunda dan Reza Rahardian untuk suatu adegan di film ini. Truuuuus.....anehnya aku jadi penasaran. Bukan "ciuman"-nya yang jadi intinya yaa.. Tapi "Reza Rahardian"-nya. Hahaha. Akhirnya penasaran lah aku pengen nonton.
Pas nonton film ini, aku baru baca beberapa halaman awal novelnya. Abis nonton, aku langsung lanjutin baca, tapi molor sampe hampir seminggu baru selesai. Hehehehe... Now I finally decided to write a review about it because I just finished reading the book! Untuk sinopsis nya, daripada tulisan ini bertambah panjang, silahkan di googling aja yaa. Pasti pada bertebaran deh di internet. Hehehe..
Jujur aja pas nonton film ini aku bingung sama ceritanya. Janggal dan keliatan banget disingkat-singkat. Terutama tentang hubungan Keenan dan Kugy. Bagaimana bisa mereka punya perasaan sedalam itu padahal baru ketemu......dua kali? At least harusnya ada cuplikan yang nunjukkin kalo mereka udah sering jalan bareng gitu. Begitu juga dengan hubungan persahabatan geng Pura-Pura Ninja (yang terdiri dari Keenan, Kugy, Noni, dan Eko), Keenan-Wanda, Keenan-Luhde, dan musuhannya Kugy-Noni. Nggak jelas banget apalagi buat yang belum baca novelnya.
Trus ini entah aku yang lemot apa gimana ya, di film tuh suka tau-tau adegan pindah ke suatu tempat, tapi penonton seolah harus menebak-nebak itu tempat apa. Misalnya pas di tempat kerja Kugy. Aku baru tau kalo itu advertising company setelah ada adegan Kugy ngutarain idenya pas rapat -_- Lagi-lagi kurang jelas dan keliatan dicepet-cepetin. Padahal udah dibagi jadi dua film lhooo.
Tapiiiiii, somehow pas nonton aku nggak terlalu mempermasalahkan itu sih. Baru abis baca novelnya aja jadi keliatan semua ketidakjelasannya. Hehehe. Mungkin karena pas nonton, aku ignore ketidaktahuan itu karena nanti aku bakalan baca novelnya, yang pasti jauh lebih jelas dan dalem daripada yang baru aku tonton. Dan juga mungkin karena sinematografi dan soundtrack nya bagus sekali ya, jadi aku cukup menikmati. Gambar-gambar di film ini indah semua menurutku, dan soundtrack-nya selalu pas dan mendukung adegan-adegan yang disajikan.
Film ini banyak dramanya, tapi juga diselipi adegan-adegan lucu. Ada beberapa hal yang beda dari buku, mungkin supaya tambah lucu dan semarak filmnya. Yang penting gak ngerusak jalan cerita sebenernya.
Nah, sekarang novelnya yaa. Novel ini adalah karya Dewi Lestari pertama yang aku baca. Hehehehe. Katanya si lebih ringan dari Supernova, tapi lebih dalam dari teenlit. Dan menurutku emang lebih dalem dari teenlit kebanyakan. Tapi gak tau deh kaitannya sama Supernova, belum pernah baca soalnya. Haha.
Setelah baca, semua kebingunganku tentang cerita filmnya hilang sudah. Novel ini jelas sekali deskripsinya. Mulai dari setting tempat, suasana, 'sejarah hidup' para tokoh, perasaan masing-masing tokoh, semuanya diceritakan jelas dengan bahasa yang indah tapi nggak lebay. Konflik-konfliknya juga jadi jelas banget (nggak kayak pas nonton filmnya), terasa nyata, dan gak ada bagian-bagian yang nggak penting. Dialog-dialognya juga ringan dan dekat, terutama dialog antara anggota geng Pura-Pura Ninja dan juga interaksi di keluarga Kugy.
Udah gitu karakter-karakternya kuat. Semua karakter dideskripsikan begitu rupa sampai rasanya kita kenal dan ketemu langsung sama semua karakternya. Dan bisa aja gitu, kepikiran bikin karakter kayak Kugy, yang punya sejuta kebiasaan unik, pribadi yang one of a kind, dan nggak takut untuk menunjukkan hal itu.
Novel ini menginspirasi dan memberi semangat tentang mimpi dan cita-cita. Bukan cuma soal cinta-cintaan aja. Perahu Kertas is really not just another teenage love story. It's deep and complicated. Dan penuh dengan pesan untuk selalu mengikuti kata hati, jadi diri sendiri, moving on, dan mengejar mimpi.
Salah satu quote yang ngena dari novelnya adalah:
Mungkin.....itu definisi cinta? :)
P.S. Adipati Dolken kok mirip amat sama Pevita Pearce ya? Kayak sodara kembar...
P.P.S. Linda juga nge-review Perahu Kertas lho disini. Review nya lengkap banget! Anak ini kalo nge-review sesuatu selalu niat soalnya. Haha.
***
Tadinya aku nggak terlalu tertarik untuk nonton film Perahu Kertas, justru lebih tertarik untuk baca novelnya aja, tapi belum kesampean terus. Tapi suatu hari aku baca artikel di koran tentang ciumannya Maudy Ayunda dan Reza Rahardian untuk suatu adegan di film ini. Truuuuus.....anehnya aku jadi penasaran. Bukan "ciuman"-nya yang jadi intinya yaa.. Tapi "Reza Rahardian"-nya. Hahaha. Akhirnya penasaran lah aku pengen nonton.
Pas nonton film ini, aku baru baca beberapa halaman awal novelnya. Abis nonton, aku langsung lanjutin baca, tapi molor sampe hampir seminggu baru selesai. Hehehehe... Now I finally decided to write a review about it because I just finished reading the book! Untuk sinopsis nya, daripada tulisan ini bertambah panjang, silahkan di googling aja yaa. Pasti pada bertebaran deh di internet. Hehehe..
***
The Movie
Jujur aja pas nonton film ini aku bingung sama ceritanya. Janggal dan keliatan banget disingkat-singkat. Terutama tentang hubungan Keenan dan Kugy. Bagaimana bisa mereka punya perasaan sedalam itu padahal baru ketemu......dua kali? At least harusnya ada cuplikan yang nunjukkin kalo mereka udah sering jalan bareng gitu. Begitu juga dengan hubungan persahabatan geng Pura-Pura Ninja (yang terdiri dari Keenan, Kugy, Noni, dan Eko), Keenan-Wanda, Keenan-Luhde, dan musuhannya Kugy-Noni. Nggak jelas banget apalagi buat yang belum baca novelnya.
Trus ini entah aku yang lemot apa gimana ya, di film tuh suka tau-tau adegan pindah ke suatu tempat, tapi penonton seolah harus menebak-nebak itu tempat apa. Misalnya pas di tempat kerja Kugy. Aku baru tau kalo itu advertising company setelah ada adegan Kugy ngutarain idenya pas rapat -_- Lagi-lagi kurang jelas dan keliatan dicepet-cepetin. Padahal udah dibagi jadi dua film lhooo.
Tapiiiiii, somehow pas nonton aku nggak terlalu mempermasalahkan itu sih. Baru abis baca novelnya aja jadi keliatan semua ketidakjelasannya. Hehehe. Mungkin karena pas nonton, aku ignore ketidaktahuan itu karena nanti aku bakalan baca novelnya, yang pasti jauh lebih jelas dan dalem daripada yang baru aku tonton. Dan juga mungkin karena sinematografi dan soundtrack nya bagus sekali ya, jadi aku cukup menikmati. Gambar-gambar di film ini indah semua menurutku, dan soundtrack-nya selalu pas dan mendukung adegan-adegan yang disajikan.
Film ini banyak dramanya, tapi juga diselipi adegan-adegan lucu. Ada beberapa hal yang beda dari buku, mungkin supaya tambah lucu dan semarak filmnya. Yang penting gak ngerusak jalan cerita sebenernya.
Nah, karena aku nonton filmnya dulu baru baca novelnya, otomatis aku baca sambil ngebayangin para pemain filmnya deh. Menurut aku hampir semua pemainnya pas untuk memainkan peran mereka. Maudy Ayunda as Kugy, ekspresinya sebagai Kugy itu dapet banget. Terus juga Sylvia Fully (Noni), Fauzan Smith (Eko), Tio Pakusadewo (Pak Wayan), Elyza Mulachela (Luhde), Dion Wiyoko (Ojos), Keluarga Keenan & Keluarga Kugy (kepanjangan kalo disebutin semua), dan Kimberly Ryder (Wanda). Tapi menurutku rambut Wanda di film harusnya bisa lebih bagus dari itu. Di film kadang rambutnya ada bagian yang frizzy jadinya keliatan kurang rapih. Gak demen liatnya -_- *ngapa jadi ngomongin rambut???*
Gimana dengan Adpati Dolken as Keenan? Hmm secara fisik sih Adipati Dolken cocok jadi Keenan. Tapi Keenan yang di film terlihat kuyu dan selalu sendu gitu. Hahaha. Kalo yang di novel kesannya sedikit lebih ceria padahal. Pas baca novelnya, aku malah ngebayangin Keenan itu badan dan rambutnya kayak Adipati, tapi mukanya kayak Eza Gionino. Nah loh. Aneh bukan... Hahahaha. Tokoh lain yang kurang pas adalah Karin, kakaknya Kugy nomor dua. Mustinya pembawaannya lebih centil dan dandanannya lebih fashionable lagi IMO.
***
The Book
Novel cetakan barunya sekarang pake poster filmnya sebagai cover. Kenapa nggak tetep dibikin original aja sihh? Heuuh -_-
Nah, sekarang novelnya yaa. Novel ini adalah karya Dewi Lestari pertama yang aku baca. Hehehehe. Katanya si lebih ringan dari Supernova, tapi lebih dalam dari teenlit. Dan menurutku emang lebih dalem dari teenlit kebanyakan. Tapi gak tau deh kaitannya sama Supernova, belum pernah baca soalnya. Haha.
Setelah baca, semua kebingunganku tentang cerita filmnya hilang sudah. Novel ini jelas sekali deskripsinya. Mulai dari setting tempat, suasana, 'sejarah hidup' para tokoh, perasaan masing-masing tokoh, semuanya diceritakan jelas dengan bahasa yang indah tapi nggak lebay. Konflik-konfliknya juga jadi jelas banget (nggak kayak pas nonton filmnya), terasa nyata, dan gak ada bagian-bagian yang nggak penting. Dialog-dialognya juga ringan dan dekat, terutama dialog antara anggota geng Pura-Pura Ninja dan juga interaksi di keluarga Kugy.
Udah gitu karakter-karakternya kuat. Semua karakter dideskripsikan begitu rupa sampai rasanya kita kenal dan ketemu langsung sama semua karakternya. Dan bisa aja gitu, kepikiran bikin karakter kayak Kugy, yang punya sejuta kebiasaan unik, pribadi yang one of a kind, dan nggak takut untuk menunjukkan hal itu.
Novel ini menginspirasi dan memberi semangat tentang mimpi dan cita-cita. Bukan cuma soal cinta-cintaan aja. Perahu Kertas is really not just another teenage love story. It's deep and complicated. Dan penuh dengan pesan untuk selalu mengikuti kata hati, jadi diri sendiri, moving on, dan mengejar mimpi.
***
Salah satu quote yang ngena dari novelnya adalah:
"Seluruh rongga tubuhnya seketika teraliri oleh hawa hangat. Rasanya utuh dan damai. Cuma satu orang yang mampu membuatnya seperti itu. Dan orang itu tak perlu melakukan apa-apa lagi selain hadir dan ada."
Mungkin.....itu definisi cinta? :)
P.S. Adipati Dolken kok mirip amat sama Pevita Pearce ya? Kayak sodara kembar...
P.P.S. Linda juga nge-review Perahu Kertas lho disini. Review nya lengkap banget! Anak ini kalo nge-review sesuatu selalu niat soalnya. Haha.