Wednesday, October 24, 2012

4 comments

Book Review: Rembulan Tenggelam di Wajahmu

This is a long post, I warn you. Dan gaya bahasa aku agak berubah sedikit soalnya kepengaruh abis baca novelnya :)

Judul Buku : Rembulan Tenggelam di Wajahmu 
Penulis : Tere-Liye
Penerbit : Penerbit Republika
 Tebal : 426 Halaman 
Tahun Terbit: 2011

Awalnya sama sekali gak berekspektasi apapun terhadap novel ini. Because I judge books from their covers (kadang berlaku cuma untuk buku, but I can't deny that sometimes I do it to humans too. Don't be hypocrite :p). Sebagai anak yang dominan di visual (ciyee), aku nggak bisa nggak milih buku dari cover nya dulu. Cover yang eyecatching pasti langsung aku cek sinopsis di bagian belakang nya (belum tentu dibeli. hahaha). Tapi buku ini, kalau ada di toko buku pasti gak pernah kusentuh. Maaf ya... Karena dari covernya saja sudah berkesan sendu. I usually don't buy that kind of book, because usually I read for pleasure, bukan untuk nangis-nangisan.

Tapi aku penasaran banget, apa sih bagusnya Tere Liye itu? Kenapa bukunya banyak sekali? Kenapa banyak yang best seller? Kenapa semua orang suka sekali membacanya?? Soooo, akhirnya aku memutuskan untuk baca buku Tere Liye pertama yang aku baca (dan insyaallah bukan yang terakhir).

Tapi bingung gimana mulai nge-review nya... Karena gimanapun aku nyusun kata, kayaknya bakal kurang tergambar gimana bagusnya buku ini. Mungkin ini rada lebay ya, soalnya aku belum pernah baca buku yang seperti ini sih :| Aku sampe lemes abis baca nya (in a good way).

Awal-awal baca aku bingung, soalnya di tiga bab awal ceritanya beda-beda semua. Masing-masing nyeritain tiga orang yang berbeda. Jadi aku nanya dulu ke Sari (adik dari pemilik buku. Lhaa, ketauan dah buku pinjeman lagi yang di-review X)), ini ceritanya tentang apa sebenernya? Karena sinopsis di belakang buku nggak cukup menjelaskan buatku. Kata Sari, ini tentang kehidupan Ray yang mau sukses ataupun susah, sebenarnya dia selalu merasa kesepian. Oke, jadi tokoh utamanya si Ray. Itu sudah cukup jelas dan bikin aku nyaman baca lagi.

Jadi ceritanya itu memang tentang kehidupan Ray atau Rehan (nama kecilnya). Kisah dari dia kecil waktu hidup di panti asuhan sampai dia jadi pemilik perusahaan yang sukses. Tapi ini bukan buku "biografi-inspirasi-bagaimana-menjadi-orang-sukses" kayak buku Chairul Tanjung yang iklannya muncul di TV terus itu. Disini Ray diajak menelusuri masa lalunya (oleh seseorang yang selalu disebut sebagai "orang berwajah menyenangkan" di buku ini) dan ia diberi jawaban atas lima pertanyaan yang mengusik hidupnya.

Sadar atau tidak sadar, setiap manusia pasti pernah punya pertanyaan-pertanyaan atas hidup kan? Misalnya, apakah hidup ini adil? kenapa harus aku yang mengalami ini? kenapa harus begini? kenapa begitu? Nanya sama Tuhan. Bahkan kadang cenderung menyalahkan Tuhan. Bagaimanapun hidup kita, sama atau tidak dengan hidup Ray, pertanyaan-pertanyaan hidup kita kurang lebih akan terjawab di buku ini. Tentunya dari sudut pandang Tere Liye memandang hidup. Memandang kehilangan. Sangat sederhana dan bijak namun tidak menggurui.

Pas awal-awal aku baca, aku pikir aku nggak bisa relate sama sekali sama buku ini, karena memang ceritanya jauh banget dari kehidupan aku. Tapi sekali baca bab pertama aja, aku gak bisa berhenti. Beneran gak bisa dan gak mau. Kata-kata Tere Liye itu "menghipnotis". Sangat indah tapi gak lebay puitis bikin muntah itu. Dan setelah dibaca sampai bagian dimana pertanyaan pertama Ray dijawab, aku sadar kalo buku ini bisa relate sama semua orang. Bagaimanapun kehidupannya. Suku apapun. Agama apapun.

Novel ini nggak berpusat pada satu agama. Walaupun tokoh utama adalah muslim (penulisnya juga muslim), dan jawaban dari "orang yang menyenangkan" sebenarnya erat dengan nilai keagamaan, tapi Tere Liye nggak pake nama-nama dari agama tertentu (misalnya nama nabi atau apa). Mungkin memang biar bisa dinikmati semua orang.

Yang unik lagi, beberapa nama-nama tokoh di novel ini bukan nama-nama yang lazim (atau aku aja yang asing?). Nggak tau kenapa. Dan hampir semua nama tokoh cuma disebutkan nama panggilannya aja. Kecuali tokoh utama. Mungkin ini detil nggak penting ya, hehehe, but I think that's interesting. Oiya satu lagi, nama lokasi geografis gak pernah disebut. Di kota apa, daerah mana, pulau mana. Gaya bahasa dan logat juga disamakan di semua setting tempat. Tere Liye punya deskripsi sendiri dan itu bikin kita punya asumsi sendiri. Tapi nggak bikin bingung atau mengganggu kesempurnaan cerita.

Novel ini bukan novel romance, tapi di kehidupan seseorang nggak mungkin gak ada sisi romantisme nya kan. Makanya pas baca bagian Ray remaja aku bingung juga, kok si Ray ini gak ada naksir siapaaa gitu kek. Nggak seru. (tapi tetep penasaran :p) Akhirnya, tepat setelah aku mikir kayak gitu untuk kedua kalinya, langsung muncul deh, cintanya Ray. Ini bagian terindah dan terlucu, sekaligus mengharukan. Keindahan yang sederhana, tapi bikin emosi naik turun. Pinter banget sih Tere Liye mengaduk-aduk perasaan! Dari awal sampe akhir buku, gak ada bosen-bosennya baca. Mungkin karena emosi kita yang dimainin terus itu tadi. Hebat.

Walaupun ini novel yang sendu, keras, dan berhasil bikin aku nangis dua kali, tapi ada juga sedikit-sedikit selingan yang bikin at least senyum atau smirk kok. Dan yang lebih penting lagi, ada banyak banget pelajaran yang aku ambil dari buku ini. Belum semuanya aku mengerti sekarang, mungkin nanti. But I keep all of them in mind. I even copied some of the quotes and captured some pages.

Beberapa quote yang 'ngena':

"Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu: yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir..."

"Ray, kecil-besar nilai sebuah perbuatan langit yang menentukan, kecil-besar pengaruhnya bagi orang, langit juga yang menentukan. Bukan berdasarkan ukuran manusia yang amat keterlaluan mencintai dunia ini."

"Buat apalah nama panjang-panjang? Toh, kalian tetap dipanggil dengan sebutan yang pendek juga?"

".... Yang selalu yakin, kalau semua orang berpikiran itu bisa dibenarkan, bukan berarti itu menjadi bisa dibenarkan. Kalian tetap meyakini kalau itu sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu memang keliru."

Dan masih banyak lagi sebenernya tapi postingan ini sudah terlalu panjang. Hehehe. Pokoknya buku ini bagus banget. Buat siapa aja. Recommended. Kalo biasanya gak pernah ngasih bintang-bintangan ke buku ataupun film, kali ini aku yakin ngasih bintang 5 buat buku ini. Makasih banyak untuk Tere Liye yang sudah nulis buku ini. Buku yang sangat berkesan, tak terlupakan :)

Makasih udah baca sampe akhir. Happy long weekend! (Bentar lagi kan, horeee :D)

Sunday, October 21, 2012

2 comments

Movie Review: The Art of Getting By (2011)


George (Freddy Highmore) mempercayai sebuah kutipan yang berbunyi: "You are born alone, die alone, and everything else is an illusion". Karena itu ia tidak peduli dengan kehidupannya, sekolahnya, atau pekerjaan rumahnya. Lalu ia bertemu Sally (Emma Roberts), gadis populer di sekolah yang membuatnya bersemangat untuk pergi sekolah dan berteman, walaupun George belum siap untuk mengaku bahwa ia menyukai Sally. Kepala Sekolah dan guru keseniannya mengenalkan George pada seorang alumni yang juga seorang pelukis sukses, Dustin (Michael Angarano), yang dapat membimbing George menentukan apa yang akan ia lakukan setelah lulus sekolah. Tapi masalah-masalah mulai bermunculan dalam hidup George dan membuatnya terdistraksi sehingga George kemungkinan tidak dapat lulus sekolah

Sinopsis di atas adalah terejmahan bebas dari IMDb dengan sedkit tambahan. Hehehehe..



It’s not a movie that will give you deep impression. Not that it’s not good. Filmnya bagus, ceritanya jelas, gampang dicerna dan tidak bertele-tele, tapi abis kita tonton, film ini bisa aja langsung terlupakan.

Yang paling aku suka dari film ini adalah karakter George. He’s uniqe, complicated, and sometimes annoying. But he’s actually a good person. Aku dan George punya beberapa persamaan juga, hehee. Makanya terasa relate pas nonton adegan dia. Selain itu aku juga suka sinematografinya deh. It’s not THAT amazing, tapi pas aja. Cahaya-cahaya yang dihasilkan pas, indah. Keindahaan yang sederhana. #eaaa hahaha


Yang aku nggak suka: Emma Roberts. I don’t know why she makes me so bored everytime she's in the scene. She’s pretty and all that, tapi karakter dan aktingnya hampir sama dengan yang aku tonton waktu dia di film Wild Child. Gayanya kayak 'the rebel girl next door' gitu. Bosen aja liatnya. Emang tokoh yang dia peranin kurang berkarakter atau aku yang nggak suka dengan karakter yang seperti itu atau aku aja yang ngerasa gini kali ya, entahlah :| Maybe it's just me.


Film ini menyampaikan spirit perubahan dan pencarian jati diri. Ada pesan keberanian, passion, dan komunikasi dengan keluarga. Bagus untuk ditonton oleh para anak SMA yang galau karena mau lulus. Hehee. Overall, pretty good :)

Daaann...lihat deh foto dibawah ini...

Lucu ya dua-duanyaaa... Gedenya ganteng. :3

Sunday, October 14, 2012

2 comments

Manga Review: The School Secret Agent

First time talking about comics here. Heheeee. I don't really like buying comics/manga because I think they're expensive. I mean, 17k IDR for maximum an hour reading?! I think it's not worthed :| #pelit. Waktu aku SD tuh ya, pas lagi sering-seringnya beli komik Chibi Maruko Chan (I was an avid collector of them back then), harga komik cuma 8.500 lhoo. Trus makin lama naik 500 demi 500 perak. Pas harganya udah diatas 10.000, I stopped buying them. Hehehe. #pelit #lagi

Aku lebih suka minjem komik ke temen atau rental komik (atau minjem ke temen yang minjem dari rental komik. hahaha *dadah-dadah ke Oja ;)*). But since we (me and Oja) got separated by college now, dan aku males ke rental komik sendirian, jadi sejak kuliah aku udah jarang baca komik, kecuali komik Hai, Miiko! yang dikoleksi sama adekku. Tapi kalo ada komik menarik yang nyelip di obral komik di toko buku, hampir dipastikan aku bakal langsung beli. *ini jadi dari tadi mengumbar kepelitan diri sendiri aja ya aku -_-*

Nah, sekarang aku akan memperkenalkan salah satu seri komik yang jadi 'my favorite of all time'. Dia adalah..............................................................."The School Secret Agent"!!! Atau judul jepangnya "Manabiya Sannin Kichisa". Ada yang pernah denger atau baca? Komik ini memang ga terkenal sepertinya, haha. Dan sampe masuk ke barisan yang diobral di toko buku gitu yaaa berartiii ..... (fill in the blank) Tapi  gak terkenal bukan berarti gak bagus, dan terkenal bukan jaminan bagus, jadi aku sukaaaaa sekali sama komik ini :3

The School Secret Agent
by Nanpei Yamada
(and yup, that's my bed sheets)

Pas awal beli rada gambling juga soalnya langsung beli seri ke 1, 2, dan 3. Tapi kan lagi obral jadi ya udahlah (FYI, beli 3 komik obral bisa dapet satu komik biasa lhoo). Ternyata ceritanya nagih! Komik ini ada 4 seri, tapi yang aku temuin cuma 3. Seri terakhirnya waktu itu belum nemu. Aku merasa digantung T-T. Jadi pas nemu seri keempatnya (di obralan juga. hahahah), tanpa pikir panjang langsung beli! Walaupun ga diobral juga kalo nemu pasti bakalan aku beli deh.

Soooo, what's so cool about this manga?
Ceritanya tentang agen rahasia di sebuah SMA Jepang, mereka disebut Sannin Kichisa. Agen rahasianya ini bukan yang ala-ala film Hollywood ya, tapi ala-ala Jepang. Hahaha gimane tuh? Yang paling khas adalah baju aksi mereka yang bernuansa Jepang. Trus rada-rada kayak ninja gitu gayanya, pake shuriken juga kadang (intermezzo fact: ninja itu aslinya emang agen rahasia jepang yang kerennn bangetttt :D). Nah, Sannin Kichisa ini diketuai oleh seorang pengurus sekolah dan berangotakan dua orang murid, cewek dan cowok. Untuk anggota murid, ada regenerasi, karena mereka gak mungkin ada di sekolah itu terus kaan...

Apa yang mereka lakukan? Tentunya membela kebenaran dan keadilan :D Kalau ada ketidakberesan di sekolah itu (misalnya, guru yang melakukan pelecehan seksual ke murid, misteri "hantu" disekolah, dll), mereka yang mengurusnya. Gerakan mereka independen dan nggak resmi. Jadi emang bikin sendiri aja (demi passion dalam membela kebenaran) dan guru-guru juga murid-murid di sekolah pun gak tau siapa mereka sebenarnya. Tapi mereka jadi idola dikalangan murid karena Sannin Kichisa biasanya lebih pro ke murid dan tentunya, karena mereka keren sekaliiiiii *.*


Di seri pertama kita harus menebak-nebak sendiri, sebenernya anggota Sannin Kichisa itu siapa yaaa... Semuanya terlihat mencurigakan. Haha. Oiya, nama-nama julukan untuk anggotanya diambil dari nama-nama penjahat di Kabuki, sejenis drama klasik di Jepang. Julukan mereka itu Oshou, Obou, dan Ojou.

Ada beberapa kejanggalan juga sebenernya dalam cerita komik ini (salah satunya, anggota Sannin Kichisa musti sering ke sekolah malam-malem karena pada saat itulah mereka meeting dan beraksi, tapi apa orang tuanya gak marah? -,-), tapi buat aku sih itu gak begitu mengganggu, karena minor banget kesan janggal yang tertangkap.

Kesan seru dan menegangkannya lebih banyak soalnya. Ada action, strategi, juga drama yang seru tapi nggak lebay. Komik ini genre nya bukan romance, jadi jangan berharap bakal ada cium-ciuman disini. Hahahahah. Genre nya lebih ke action comedy kali ya. Tapi ada juga tentang persahabatan, persaudaraan, gitu-gitu deh. Oiya, komik ini juga mengangkat tentang self esteem, dimana Yaaya, anak baru yang pemalu, menjadi lebih berani dan yakin dengan dirinya sendiri setelah menjadi anggota Sannin Kichisa. Jadi kayak pencarian jati diri gitu deh. Maybe it's cliche, but it happens around us (and to ourselves) kan?

Sayang banget cuma 4 seri..... :( Padahal bakalan seru banget kalo dilanjutin seenggaknya sampe seri belasan. But well, I still like it, tho. Recommended! :)

Sunday, October 7, 2012

1 comments

Movie Review: Dark Shadows (2012)

Tahun 1752, Barnabas Collins (Johnny Depp) dikutuk menjadi vampir lalu dikubur hidup-hidup di dalam peti oleh Angelique (Eva Green), penyihir yang cintanya ditolak oleh Barnabas. Dua ratus tahun kemudian, tepatnya tahun 1972, peti tempat Barnabas mendekam ditemukan pada suatu proyek penggalian dan ia terbangun. Ia kembali ke Collins Wood, rumah milik keluarganya, yang saat ini ditinggali oleh keturunan keluarga Collins. Bersama keluarga yang disfungsional itu Barnabas berusaha membangun kembali kejayaan keluarga Collins yang mulai runtuh karena cengkeraman perusahaan Angelique yang ternyata masih hidup.


Film ini khas Tim Burton banget. Film-film sutradara yang satu ini emang lekat dengan tema gothic dan fantasi. Yang pernah aku tonton itu baru Charlie and The Chocolate Factory (2005) dan Corpse Bride (2005). Selain itu ada juga Alice in The Wonderland (2010), Sweeney Todd (2007), dll. Yang udah pernah nonton paling nggak salah satu dari film-film tersebut pasti ngeh lah ya, ada sesuatu yang khas.

Jujur, sebenarnya ini film yang aneh dan creepy. Hahaha. Cukup banyak adegan-adegan yang bikin mengernyitkan dahi, aneh deh pokoknya. Dari segi cerita sih cukup wajar menurutku, kan kayak dongeng gitu. Tapi karakter-karakternya cukup manusiawi lah. Ada juga adegan yang kayak film horror gitu. Aku kan nonton ini sendirian ya, jadi tiba-tiba ngeri sendiri, soalnya aku kira kan yang creepy-creepy aja film nya (kalo diliat dari trailer nya sih), bukan yang ada hantu gitu (eh, bener kan hantu itu lebih ke scary daripada creepy? -,-)


Menurut aku salah satu yang menarik dari film ini adalah keturunan keluarga Collins yang disfungsional itu. Ada Elizabeth (Michelle Pfeiffer) dan anak remajanya yang cukup pemberontak, Carolyn (Chloe Moretz). Ada juga Roger, adiknya Elizabeth yang playboy padahal punya anak kecil, David, yang masih gak terima kalo ibunya meninggal. Selain itu dirumah itu juga tinggal psikiater nya David, Dr. Julia Hoffman (Helena Bonham Carter, yang hampir selalu ada di film-film nya Tim Burton, bini nya soalnya, haha. Untung akting nya bagus); guru barunya David, Victoria Winters; dan dua pembantu yang terdiri dari 'pemuda' ketus bernama Willie dan seorang nenek yang lucu :D


Aku tertarik sama keluarga-keluarga yang nggak biasa sih. Hehehe. Tingkah mereka suka aneh-aneh lucu gitu. Tapi masih lebih aneh si Barnabas, karena dia kan berasal dari 2 abad yang lalu ya, jadi perkataan dia suka jadul dan sopan banget, udah gitu dia suka ga ngerti sama hal-hal pada masa tahun 70an itu jadinya lucu juga :D Si Barnabas juga jatuh cinta sama Victoria, yang mirip sama pacarnya dulu yang dibunuh sama Angelique. Tapi menurutku chemistry mereka berdua kurang ditunjukin deh.

Dan si Barnabas ini walaupun nggak terlihat seperti orang baik, ternyata dia baik juga dan sayang banget sama keluarganya. Walaupun keluarga juauh banget ya (beda 200 tahun gitu... -_-"). Eh trus ya, ending nya itu mengingatkan aku sama Twilight Saga.... Hihihihi.


Aku nggak terlalu ngeh sama budaya dan nuansa tahun 70an, jadi nggak tau juga deh film ini menggambarkan tahun 70an dengan baik atau nggak. Tapi ada kelompok hippie gitu so I guess that's a bit of seventies nya lah yaa. Overall, gak jadi film favoritku tapi buat hiburan lumayan seru juga kok. Happy sunday ya semuanyaa! :D
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...