Wednesday, December 23, 2015

4 comments

My 2015 Recap: Books


Setelah sekian lama meninggalkan blog ini, di sinilah aku, nyoba nulis lagi! *lambai lambai tangan*

Berhubung ini sudah di penghujung 2015, sekali-sekali aku mau bikin recap (ikhtisar) dari tahun 2015. Walaupun Karl Sharro bilang kalo tahun baru adalah "The mass deception that the Gregorian Calendar can offer you hope of change and renewal.", tapi tetap saja tahun baru buatku terasa agak istimewa. Lumayan buat pengingat introspeksi diri.

Pembaca lama blog ini mungkin sudah tahu kalo aku orangnya gak update-update amat, jadi buku favoritku di tahun 2015 pun belum tentu buku yang terbitnya tahun 2015. Tapi pokoknya buku yang aku baca di tahun 2015 dan paling berkesan buatku.

Eh, aku belum bilang ya kalo ini postingan tentang buku favorit di 2015? Kan udah ada tuh di judul!

1. Good Omens - Neil Gaiman & Terry Pratchett


Ini buku kedua Neil Gaiman yang aku baca (yang pertama adalah Interworld) dan dari buku ini aku tahu why Neil Gaiman is such a big deal! Aku sudah nulis review buku ini di sini, silahkan di baca jika minat. Tapi pokoknya buku ini, beyond imagination. Ada maksud serius tanpa jadi serius. Suka! Suka! Suka!

2. Melihat Api Bekerja - M. Aan Mansyur

Seumur hidup, baru kali ini beli buku puisi. Dan langsung suka. Tertarik beli karena sekarang udah mudeng sama puisi dan sejak lama follow aku twitter sang penyair buku ini, @hurufkecil. Aku suka puisi-puisi kecilnya dalam 140 karakter twit. Dan pas baru-bari diterbitkan, buku ini muncul terus di timelinenya. Gak bisa disangkal bahwa promosi lewat sosial media emang ngaruh banget dalam penjualan suatu karya, apalagi karya selebtwit (bukan berarti aku bilang kalo kak Aan itu selebtwit, sih..). Akhirnya aku beli deh.

One word for this book: beautiful. Even beautiful is an understatement. Puisi kontemporer Kak Aan digabungkan dengan ilustrasi KEREN Kak Emte bikin aku ber-woahh-woahh di tiap halamannya. My review doesn't do justice. Beli deh, biar tahu sendiri.

3. The Girl with The Dragon Tatoo (TGWTDT) - Stieg Larsson


Rasanya aku pernah nulis tentang buku ini di sini...
This book opens my mind that thriller is like, my most favorite genre of book. Sebelumnya aku gak sadar. Padahal dari dulu suka baca manga Detective Conan (gak rajin sih) dan tahun ini juga mulai baca Agatha Christie.

Tapi buku ini nendang aku, ninju aku kanan kiri. Ngagetin! Tapi itu malah bikin aku suka. Selesai baca, aku gak bisa move on alias masih hangover gara-gara ini buku sampe kira-kira seminggu. Twist nya serem kacau. Tapi abis itu nagih pengen baca thriller lagi. Duh, thriller (fiction, red), I love you so.

4. Gone Girl - Gillian Flynn

Karena nagih thriller, akhirnya setelah TGWTDT aku baca buku yang filmnya juga hype nya di mana-mana ini (sebelumnya baca novel YA nya John Green dulu sih untuk meredakan suasana hati..).

Buku ini udah bikin penasaran, tebel pula! Jadi makin gemes bacanya. Apalagi pas baca endingnya. Duhhh tambah gemes pengen ngelabrak penulisnya. Selesai baca aku langsung heboh protes di twitter dan langsung ngechat temen soal ini. Oh iya buku ini juga udah aku review di sini, ya.

Gara-gara baca ini, aku jadi baca Dark Places juga, karya Gillian Flynn yang baru difilmin. Aku suka juga! Walaupun masih tetep Gone Girl yang paling berkesan.

5. Bakuman - Tsugumi Ohba & Takeshi Obata

Errr...sebenernya aku cuma punya 4 buku yang bisa dibahas di sini. Tapi aku gak suka kalo ada daftar (terutama bikinanku) yang nggak bulet, jadi digenapin jadi 5 deh sama Bakuman. #PentingAbis

Tapi memang manga ini sangat sangat berkesan juga buatku di tahun ini, sampe-sampe aku kumpulin semua jilidnya supaya bisa jadi warisan buat anak cucu~ (berarti aku emang beneran suka, soalnya aku pelit medit, apalagi kalo soal beli komik hahahah~).

Selain seru dan menghibur, cerita di tiap jilidnya selalu penuh passion dan semangat sampe bikin kita yang baca pasti pengen bikin kerja bikin karya yang keren juga!

Saturday, July 4, 2015

1 comments

Book Review: The 100-Year Old Man Who Climbed Out Of The Window And Disappeared


'The 100-Year Old Man Who Climbed Out Of The Window And Disappeared' by Jonas Jonasson
Genre: Fiction, Humor

Sinopsis:

Allan Karlsson tiba-tiba kabur dari jendela kamarnya di panti jompo. Padahal satu jam lagi akan diadakan pesta ulang tahun dirinya yang ke-100. Walikota sudah bersiap hadir di pesta itu dan akan nada banyak wartawan yang meliput. Usaha kaburnya adalah awal mula petualangan Allan yang penuh dengan kegilaan.

Tapi bukan berarti ini adalah petualangan pertama Allan. Sejak muda, Allan telah mengalami berbagai perjalanan yang seru dan menegangkan. Ia bahkan sering memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa bersejarah di dunia. Petualangan Allan tersebut akan dikuak satu-persatu, berkaitan dengan petualangan yang baru dimulainya ini.

Review:

Buku ini udah jadi targetku untuk dibaca sejak lama, karena banyak menuai review bagus dan bahkan tanpa review-review itupun, judulnya kan sangat mengundang untuk dibaca, ya? Judulnya langsung menampilkan premis cerita menjanjikan. Pas bukunya diterjemahin ke bahasa Indonesia, aku langsung beli. Testimoni dari berbagain media dipampang di covernya. Dari sebelum baca aku udah mikir kalimat testimony-testimoni itu termasuk agak lebay sih. Salah satunya dari El Mundo (mungkin sejenis media cetak): “Fenomena internasional baru … penuh humor yang meluap-luap.” Aku langsung mbatin: “Lebayyy…” dengan muka lempeng -_-

Tapi dari awal ekspektasiku terhadap buku ini emang udah cukup tinggi, walaupun aku berusaha nggak meninggi-ninggikan karena takut kecewa. Bener aja, di bab-bab awal aku merasa buku ini nggak semenarik yang dijanjikan, walaupun cerita langsung to the point, nggak bertele-tele.

Waktu satu-persatu tokoh mulai diperkenalkan asal-usulnya, di situ baru mulai menarik. Cerita jadi makin seru pas mulai flashback ke petualangan masa muda Allan yang nggak terduga, penuh kebetulan, hebat, tapi juga gila. Tokoh Allan dimasukkan ke sejarah dunia sejak abad 20, karena memang ceritanya Allan terlibat dalam kejadian-kejadian di perang dunia (dengan peran yang berbeda-beda). Jadi dengan baca buku ini kita kayak baca buku sejarah dunia juga, khususnya pada masa perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet. Kalo baca bagian-bagian politik di buku ini aku suka bingung juga (walaupun dulu di sekolah pelajaran favoritku Sejarah hahaha), jadi seringnya bagian itu nggak aku masukin ke otak, yang penting aku ngeh sama alurnya aja )

Testimoni di cover buku banyak yang bilang kalo buku ini lucu, ya. Secara keseluruhan buku ini emang lucu, si penulis mengkritik situasi perang-perangan dan politik dengan cara yang humoris. Beberapa moment bikin aku ketawa juga, sih. Tapi aku masih berpendapat kalo testimoni di covernya lebay, ah.

Allan menjalani hidup dengan motto : “Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apapun yang terjadi, pasti terjadi.” Motto hidup itu bisa dibilang membuat dirinya menjadi “Yes Man” (tonton filmnya deh kalo belum), yang nggak takut akan apapun dan kalem aja dalam menjalani hidup. Menurutku itu pelajaran inti dari buku ini. But Allan has nothing to lose karena literally dia emang nggak punya apapun yang bisa bikin dia kehilangan.

Overall, I give this book 3 stars out of 5 stars.

P.S. Aku nggak tau apakah segala printilan peristiwa sejarah yang ada di buku ini sesuai fakta atau nggak. Tapi kemungkinan pada dasarnya memang begitu yang terjadi di perang dunia.

P.P.S. Cerita tentang Indonesia yang jadi bagian cerita di buku ini bikin adekku (yang juga baca buku ini) kesel, tapi menurutku yaa, Indonesia kan emang gitu ya nggak sih… :|

Thursday, July 2, 2015

0 comments

Ngobrolin Buku (Juni 2015)

I’ve been on reading kick lately. After I finish a book, I crave to read another book. I haven’t felt this in a long time. And now I’m loving it. Makanya jadi agak lebih sering nge-review buku di sini. Hehe. Review-review ku tuh sebenernya uneg-uneg habis baca aja sih, tapi mudah-mudahan bermanfaat walaupun dikit.

Akhir-akhir ini lagi suka baca buku thriller dan jadi gak tertarik sama buku-buku dengan tokoh orang-orang biasa di sekeliling kita (beuhhh sombooong…). Pengennya baca cerita dramatis dengan tokoh utama yang pinter. Awalnya gara-gara kepengen baca novel The Devotion of Suspect nya Keigo Higashino tapi gak bisa (karena gak punya hehe), jadi aku baca The Girl with The Dragon Tattoo (TGwTD) nya Steig Larsson aja gara-gara katanya Keigo Higashino itu “the next Steig Larsson”. Untuk tahu itu bener apa nggak, berarti sebelum aku baca karya Higashino, aku harus baca karyanya Larsson dulu kan, ya :3


Aku juga sebenernya udah lama pengen baca series TGwTD. Now that I have read it, I LOVE it. Saking sukanya aku sampe gak bisa nge-review buku itu. I just can’t find the words :’) But now I actually can find (literally) some words about the book: Jenius. Beyond expectation. Haunting. Udah. Pokoknya setelah baca TGwTD aku syok dan masih kebayang-bayang sama ceritanya selama beberapa hari.

Abis ini Insyaallah aku bakal ngepost review buku The 100-Year Old Man Who Climbed Out Of The Window And Disappeared dan Sabtu Bersama Bapak. Tungguin, yaa ;))

Sekarang aku lagi baca The After-Dinner Mysteries (judul aslinya: Nazotoki wa Dinner na Ato de) karya Higashigawa Tokuya, sejenis cerita detektif dengan unsur komedinya. Nanti mau aku review jugaa ehehehe

Oiya kemaren aku ngepost sesuatu yang lain dari biasanya karena untuk pertama kalinya aku ikutan lomba nulis. I felt SOOO awkward writing that post hahahaha but I gotta try. Wismilak!

Skripsi gimana? TA 2 ku udah sampe bab 2 tapi kayaknya harus ada sedikit perubahan metode: dari metode AHP jadi metode Fuzzy AHP. Yang berarti: belajar dari jurnal lagiiiii :’’’’’’))))) Please wish me luck for this one too because I’m trying to graduate this year :’)

Ahh, I have nothing left to say now. Follow me on twitter for mundane updates of my craziness. And for all EXO-L readers, check out my tumblr because last month I made theseeeeee:


Thursday, June 25, 2015

0 comments

Book Review: Gone Girl


Gone Girl by Gillian Flynn
Genre: Fiction, Mystery, Thriller, Adult

Sinopsis:

Nick dituduh membunuh Amy, istrinya yang tiba-tiba hilang dengan cara yang mencurigakan di hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima. Nick mencoba segala cara untuk menemukan istrinya sekaligus membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Review:

Novel ini dibagi jadi 3 bagian besar: part 1, part 2, dan part 3. Tiap bab diceritakan dari sudut pandang Nick dan Amy, secara berganti-gantian di tiap bab nya.

Tanpa sadar aku dibawa ke arah yang macem-macem sama buku ini. Part 1 dari novel: murni thriller. Like, usual detective story. Di bab-bab awal aku udah dibikin penasaran banget, pengen cepet-cepet tau ending nya dan mencoba untuk nggak berpihak kepada satu tokohpun. Oh iya, Part 1 ini juga ngingetin aku sama film All About My Wife, yang bikin aku mengutuk dalam hati “Man, marriage IS hard work”.

Terus taunya di Part 2 kita dibawa ke arah yang sama sekali lain sampe aku dibuat lupa soal “marriage is hard” tadi itu. Di part ini aku malah mikir banyak soal angry feminists. Di saat kita ngerasa “Oh, oke, oke, kayaknya aku tahu kemana arah cerita ini.” sambil mikirin beberapa kemungkinan ending, ternyata arahnya belok lagi, menikung tajam.

Part 3 agak anti klimaks tapi kita tetap dijanjikan suatu klimaks yang memuaskan, jadi masih semangat baca. Tapi kemudian….aku dibikin geleng-geleng kepala sama Mbak Gillian Flynn ini. “Mbak Gillian.... Gilingan juga lu, ya.” (pun intended)

Sampe sekarang aku belum nonton filmnya. But when the movie was released, almost everyone in my twitter timeline freaked out about the ending. Jadi aku udah nyiapin mental dari awal: “Jangan percaya siapapun di novel ini, jangan nuduh siapapun, jangan terlalu kaget nanti pas di ending..” Hahahah. I remember someone on Twitter say something about Gone Girl containing the word: “manipulative”. Ya. Ya, itu kata kunci dari cerita ini.

Tapi tetep aja aku kaget dan kesel sama endingnya. Karena asumsiku sebelum baca, kalau banyak orang kesel dan kaget sama endingnya, kemungkinan endingnya adalah sesuatu yang grand, totally fucked up, pokoknya parah. Tapi ternyata endingnya sama sekali berkebalikan dengan asumsi itu, tapi sama parahnya atau malah lebih parah. Nah, lho, gimana tuh.

I had to take a moment after done reading it. Wrinkling my nose and forehead, screaming in my head: “Why, Gillian Flynn, why??!” Anyway, THIS is why.

Ugh.

I have to say that the whole story is brilliant. Rumit, tapi gak bikin aku sampe harus baca ulang beberapa bagian cerita. Bukunya juga tebel banget, rasanya nih buku lamaaa banget habisnya. Bukan karena ceritanya ngebosenin, mungkin aku cuma terlalu gak sabaran aja ya pengen tahu endingnya kayak gimana. Tapi emang cukup rumit skenarionya, layer per layer cerita dibuka satu-satu, disertai gambaran tekanan dan depresinya si tokoh.

After reading the book, I understand that: marriage IS hard, your parents has bigger impact on you than you realize, there are so many kinds of mental illness and (sorry) lots of them are scary if it doesn’t handled well and scarier when it’s not even detected.

I enjoyed it, though. 4,5 stars out of 5 stars.

“There's a difference between really loving someone and loving the idea of her.” 

Monday, June 22, 2015

0 comments

Book Review: An Abundance Of Katherines


Judul: An Abundance Of Katherines
Penulis: John Green
Genre: Young Adult, Contemporary

Menceritakan tentang Colin Singleton, anak prodigy yang sedang patah hati karena baru putus dengan pacarnya, Katherine XIX (ke-19). Kenapa ke-19? Karena ke-18 pacar Colin sebelumnya juga semuanya bernama Katherine. Entah ada apa antara Colin dengan nama “Katherine”.

Hassan, sahabat Colin satu-satunya, nggak tega melihat sahabatnya depresi. Ia mengajak  Colin untuk pergi road trip dengan harapan Colin melupakan kesedihannya. Ternyata mereka malah terdampar di kota kecil Gutshot, Tennessee, di mana Colin menemukan Eureka moment yang selama ini dicarinya.

Review:

Oke, pertama: Motivasi dimulainya cerita menurutku agak dipaksakan. Cerita dimulai saat mereka mulai road trip, kan, tapi motivasi untuk road trip itu kok agak maksa dan menye-menye banget yah. Emang sih si Colin ini orangnya menye-menye, mungkin karena itu buatku jadi ngeselin kok kayak gitu aja ujug-ujug road trip. Bukan berarti road trip gak boleh spontan, tapi terkesan terlalu tiba-tiba aja awal ceritanya. This “Katherine” thing juga cukup maksa sih, si Colin seolah jadi fetish sama nama Katherine. Padahal sih bukan gitu.

Kedua: Tokoh utama kurang likable (Mungkin karena dia prodigy? Jadi aku yang anak biasa-biasa ini jarang bisa relate sama apa yang dia pikir dan rasakan?), begitu juga tokoh pembantu, Hassan, yang seharusnya lucu (memang kadang-kadang suka lucu sih..) tapi di awal dia langsung sok asik banget dan membikin aku jadi: -_- Tokoh paling likable adalah Lindsey.

Ketiga: Penyebab mereka jadi lama di Gutshot itu menurutku juga agak maksa. Mungkin ini gara-gara kurang pendalaman karakter Hollis, ya. Mungkin. Terus ekspektasiku cerita bakalan berlatar di berbagai tempat karena awalnya kan mereka road trip tanpa tujuan. Tapi ternyata 90% cerita malah berlatar di Gutshot, alias mereka nggak kemana-mana (tenang, ini bukan spoiler).  Jadi agak beda aja sama ekspektasi.

Keempat: Uniknya buku ini, di sepanjang buku ada puluhan catatan kaki, mengenai info yang penting sampai nggak penting. Bagi yang nggak familiar dengan agama Islam, catatan kaki ini bisa jadi penting karena cukup banyak istilah Islam dan bahasa Arab yang diucapkan Hassan. Unik, karena aku belum pernah baca buku yang punya catatan kaki sebanyak ini, dan rasanya jadi kayak nonton film versi director commentary, cuma ini jadinya writer’s commentary.

Kelima: Mungkin kalo kamu suka matematika, novel ini akan lebih menarik buatmu, karena Colin is a nerd, he does math. There are maths in this book, I’m not kidding. Buat seseorang yang gak suka matematika sepertiku, it’s like: “Yaampun apaan sih nih itung-itungan, ga ngerti.” Di awal-awal buku aku bacain tuh hitungan-hitungannya, tapi kemudian si penulis nyempilin pesan bahwa matematika di buku ini opsional untuk dibaca, kamu gak harus ngerti itu untuk ngerti ceritanya. Alhasil aku skip semua bagian itu hahahahah

Oke, itu aja. Sebelum baca ini aku udah denger-denger bahwa banyak yang bilang kalo novel ini novel terburuknya John Green diantara semua novelnya. Bukan berarti  novel ini jelek, tapi kalau dibandingkan sama novel-novel dia yang lain mungkin iya. Makanya dari awal ekspektasiku nggak tinggi. Sekarang aku belum bisa bilang apakah itu bener atau nggak, karena novelnya yang sudah aku baca itu baru: TFiOS, Paper Towns, dan Looking For Alaska. Untuk saat ini novel ini ada diurutan bawah. Urutan paling atas masih: TFiOS.

Kesimpulannya, novel ini layak baca kok, tapi jangan berekspektasi tinggi. Mungkin kalau kamu baru putus, atau kamu anak prodigy, atau kamu suka cerita tentang anak-anak pinter, atau kamu suka matematika, kamu bakalan suka buku ini. I give this book 2 stars out of 5 stars.

Bonus: I imagine Colin Singleton as Robert Sheehan as Simon in The Mortal Instruments. Simply because: glasses and curly hair. Haha.


“If people could see me the way I see myself - if they could live in my memories - would anyone love me?” - Lindsey Lee Wells

Sunday, May 31, 2015

0 comments

Musicians: Fiona Apple, Echosmith, THE NBHD, Snow Patrol



“Musicians I Just Discovered” edisi ini agak sedikit memalukan karena sebenarnya musisi yang bakal aku bahas ini bukanlah musisi baru, mereka sudah terkenal dan karyanya udah lama juga keluarnya. Yaa begitulah. Tapi mudah-mudahan post ini tetap dianggap agak informatif, ya~

Fiona Apple


Mbak Fiona ini era-nya tahun 90-an, kan ya? Aku pas tahun 90an masih balita jadi belum tahu musik 90an haha. Anyway, musik Fiona ini bergenre alternative rock, jazz, dan pop. Menurutku musiknya bernuansa tenang agak mistis (in  good way). Aku baru dengerin albumnya yang When The Pawn… dan jujur musiknya bukan seleraku, sih.

Tapi yang bikin aku jatuh cinta sama Fiona adalah single-nya yang berjudul Across The Universe yang merupakan cover dari lagu The Beatles. Aku lebih suka versi Fiona Apple soalnya temponya lambat, lagunya jadi lebih syahdu diiringi dengan suara mbak Fiona yang ringan. Lagu yang cocok buat didengerin di dalam mobil pake earphone sambil menatap ke luar jendela bagaikan sedang jadi model video klip sedih :’))



===

Echosmith


I guess they’re like, really famous among teens dan anak-anak kekinian? Terutama lagunya yang berjudul Cool Kids, ya. Tapi aku tahu mereka justru karena lagu Come Together yang aku pertama kali denger sebagai background music sebuah acara travelling di TV. Hahahah

Band ini semua anggotanya satu keluarga, lho. Jadi mereka adalah Sierota bersaudara yang umurnya masih muda-muda belia di sekitaran umurku. Musik mereka ada pengaruh musik dance-rock tahun 80-an (kata wikipedia) dan inspirasi mereka adalah The Smith.

I seriously think none of their songs are bad. They’re all good. Tapi lagunya ga ada yang “ngena” di kalbuku banget sih #eaaa. Tapi beneran deh, nggak ada lagu mereka yang jelek. Lagu yang paling favorit buatku: Come Together, Nothing’s Wrong, dan Terminal.



===

The Neighborhood (THE NBHD)



Aku pertama denger lagu mereka dari suatu video fancam di Youtube. Di video itu lagu Wires-nya The Neighborhood jadi backsound-nya dan langsung aku cari. Menurutku lagunya gelap dan mistis juga. Vibe lagu Wires itu sejenis sama Skyfall-nya Adele.

Tapi setelah dengerin semua lagu mereka, ternyata favoritku cuma: Wires, Sweater Weather, dan A Little Death. Lagu-lagu lainnya nggak nempel di telinga, sih.



===

Snow Patrol


Dari SMP aku udah sering lihat nama band ini baik di majalah maupun di MTV (jaman aku SMP dulu masih ada MTV Indonesia :')) tapi nggak pernah tertarik buat dengerin lagunya, Cuma tahu namanya aja.

Sekitar bulan lalu aku dengerin album Soundtrack The Divergent dan ada lagu Snow Patrol, I Won’t Let You Go, dan aku suka. Akhirnya aku dengerin album mereka, A Hundred Million Suns, dan aku suka juga. Band asal Irlandia ini genre-nya post Britpop. Pantesan agak mirip Coldplay musiknya... Beberapa lagunya juga ngingetin aku sama Foo Fighters, kayak lagu Take Back The City.


Yak,itu aja. Terima kasih sudah membaca. Ya ampun, cuaca panas banget ya ini hari. I don’t have to workout because I'm already sweating all day -_- Semoga kalian pembaca tidak meleleh (?), tetap sehat, jangan lupa gembira! Ciao!

Thursday, March 26, 2015

2 comments

10 Best Songs Of My Chemical Romance

Walaupun My Chemical Romance udah bubar, bolehlah kita bernostalgia sedikit. This post is totally subjective, anyway, because by "best" I mean: my "most favorite". Jadi, maksud postingan ini sebenernya adalah: 10 lagu MCR yang paling aku suka, yaaa. *jawab: iya, bu guruuuu*

Salah satu yang bikin aku suka sama MCR adalah lagu-lagunya bukan sembarang lagu garang, suram, atau teriak-teriaknya Gerard Way aja (I love you, Om Gerard) tapi lagu mereka itu melodinya seringkali menyentuh sampe bikin merinding. I can't explain it. Isn't it so weird and magical that such melodies can make us chills? Aku mudah sekali merinding sih kalo denger lagu yang bagus (bahkan sampe sekarang, pas denger lagu Overdose-nya EXO aku masih merinding sesekali -_-)

Aku mungkin belum dengerin banyak band, khususnya band rock, tapi menurutku MCR is one of the best bands, ever. At least in my opinion. Urutan lagu-lagu MCR di bawah ini aku tentuin umumnya berdasarkan 'kena' atau nggaknya lagu tersebut pas didengerin. Sebenernya hampir semua lagunya aku suka.

10. You Know What They Do To Guys Like Us In Prison


Judul dan lirik lagu ini emang suram. Musiknya juga suram dan “macho” gitu. Kalo dengerin ini otomatis aku langsung pengen nyanyiin juga.

"But nobody cares if you're losing yourself...am I losing myself?!"

9. This Is How I Disappear


Lagu yang udah “nendang” semenjak dari intronya. Lagu ini liriknya lebih depressing tapi musik dan nyanyian Gerard lebih macho dari lagu di urutan ke-10. 

"And without you is how I disappear,
And live my life alone forever now."

8. Disenchanted


This song is in the sad, mellow side of MCR. Umumnya lagu MCR yang bernuansa sedih lebih hits, iya atau nggak? Yang jelas dulu lagu ini sempet jadi teman galauku. Hahahah

"It was the roar of the crowd
That gave me heartache to sing."

7. Helena


Salah satu lagu MCR yang paling terkenal dan banyak disukai orang. Sejujurnya aku nggak terlalu “gila” sukanya sama lagu ini. Tapi bagian chorus yang “so long and good night” itu selalu menyayat hati dan bikin kepengen ikutan nyanyi juga (gak nyambung, ya?).

"Can we pretend
To leave? And then
We'll meet again
When both our cars collide."

6. Summertime


Lagu yang simple untuk ukuran MCR. Always makes me a lil bit sad every time I listen to it.

"When the lights go out
Will you take me with you
And carry all this broken bone
Through six years down in crowded rooms
And highways I call home?"

5. I Don't Love You


At first I thought I don't like this song very much, but apparently this still gives me goosebumps and the melody just rips your heart easily.

"So fix your eyes and get up
Better get up
While you can"

4. Cancer


The ultimate sad song. It still gives me goosebumps every time. Unfortunately it’s too short, though. Cuman dua menitan durasi lagunya.

"My sisters and my brothers, still,
I will not kiss you,
'Cause the hardest part of this is leaving you."

3. Mama


Lagu yang berkesan kolosal dan teatrikal. Keren banget.  This song should have its own music video. Sayang sekali nggak ada :(

"Mama, we all go to hell.
It's really quite pleasant
Except for the smell,
Mama, we all go to hell."

2. I'm Not Okay (I Promise)


Walaupun lagu Mama lebih emosional dan kolosal, I'm Not Okay harus di posisi runner up karena selain ini lagu yang membawa MCR jadi besar, lagu ini menurutku nunjukkin MCR yang muda tapi matang (dalam hal musik). Lagunya bikin semangat dan bikin otomatis pengen ikut nyanyi. I love the intro of this song. And I also love the music video :D

"You said you read me like a book, but the pages all are torn and frayed"

1. Welcome to The Black Parade


I don't even have to think to put this song as number one. This is, in my opinion, MCR's best song and definitely one of my most favorite songs ever. Epic as heck.

"He said, "Son when you grow up,
would you be the saviour of the broken,
the beaten and the damned?""

MCR best album? Definitely The Black Parade. Strong concept and has even darker emo/goth side but more mature.

***

Ngomong-ngomong MCR, mantan vokalis MCR, Gerard Way ngeluarin album solonya yang berjudul Hesitant Alien tahun 2014 kemaren. Aku udah dengerin albumnya dan aku cukup suka. Bisa ngobatin kangen sama MCR :’)


The album has MCR touch here and there. Mungkin sebagian besar karena suara Gerard yang udah jadi jiwanya MCR. Kalo musiknya paling mirip sama album MCR yang Danger Days. Lagu-lagu di album Gerard yang paling aku suka: Brother, How It's Going To Be, Maya The Psychic, dan Television All The Time.

Wednesday, March 11, 2015

2 comments

Book Review: Good Omens

Good Omens: The Nice and Accurate Prophecies of Agnes Nutter, Witch
by Terry Pratchett, Neil Gaiman

Sinopsis: Sudah diramalkan dalam buku ramalan Agnes Nutter bahwa dunia akan kiamat pada hari Sabtu minggu depan. Balatentara dari Surga dan Neraka mulai berkumpul dan tanda-tanda kiamat sudah bermunculan di bumi.

Tetapi, anak Antikristus yang seharusnya menjadi pembawa akhir dunia malah sepertinya diturunkan ke tempat yang salah.  Aziraphale (malaikat) dan Crowley (setan), yang sudah hidup nyaman di bumi selama ribuan tahun, mencoba memperbaiki semuanya walaupun mereka agak tidak setuju jika dunia akan segera berakhir.

***

Review: Inti cerita buku ini adalah rangkaian kejadian-kejadian pada saat seminggu sebelum kiamat, sesuai dengan khayalan gila Neil dan Terry. Pokoknya seolah-olah semua khayalan yang paling aneh dari kedua penulis tersebut ditumpahkan ke buku ini. Mereka sendiri ngaku di kata pengantar kalau cerita buku ini sangat aneh dan gak penting.

Tapi menurutku buku ini justru menarik karena anehnya itu. Walaupun ceritanya aneh, cara penyampaian mereka asik diikuti. Witty dan menyentil fenomena nyata di dunia, terutama tentang kebaikan dan kejahatan di diri manusia. Aku malah sempet dibikin ketawa di beberapa bagian cerita.

Tokoh di buku ini ada banyak banget. Mungkin beberapa tokoh awalnya bikin kita bingung dan bertanya-tanya: “Ini siapa sih?” dan “Hubungan tokoh ini sama cerita ini apa sih?”. Tapi nanti lama-lama semua cerita bakal nyambung sendiri, walaupun gak dijelasin secara eksplisit.

Salah satu bagian favoritku dari buku ini adalah “persahabatan” antara Aziraphale si malaikat dan Crowley si setan. Bayangin aja, malaikat sama setan bisa sahabatan! Kedua makhluk ini juga keren dengan cara mereka masing-masing. Menurutku keberadaan minimal satu tokoh yang keren di suatu cerita itu penting, terutama kalo ceritanya nggak banyak relasi ke kehidupanku.

Aku udah bayangin, kalo buku ini dijadiin film, pemeran Aziraphale adalah Tom Hiddleston (soalnya image Tom di kepalaku itu seperti malaikat XD Rambut asli Tom yang pirang dan keriting juga cocok dengan image Aziraphale) dan pemeran Crowley adalah Brad Pitt (soalnya karakter Crowley ini mirip percampuran badass-nya karakter Pitt di film Ocean’s Eleven dan di Fight Club).

Tom sebagai Aziraphale. He has to act a lil bit gay, though, in order to be Aziraphale.
(I have A LOT of Tom’s pictures, so it was easy and fun for me to compile this collage :)))

Oke, mungkin Crowley nggak bakal seganteng Brad Pitt, tapi image Crowley di kepalaku kurang lebih seperti Brad di foto ini, hanya saja lebih suram.

Buku ini kalo dijadiin film harusnya hasilnya keren banget sih.

Selain itu aku juga suka sama si anak Antikristus (anak ini punya nama manusia, tapi kalo aku kasih tahu namanya entar jadi spoiler buat yang belum baca nggak ya? :|) dan geng nya yang selalu mendiskusikan hal-hal aneh dan ajaib di dunia. Tapi anak-anak seharusnya memang gitu. Suka main di luar dan banyak ingin tahu. Walaupun sampe sekarang aku nggak ngerti kenapa geng ini nggak sekolah :|

Kesimpulannya, buku ini recommended dan bikin aku pengen ngoleksi semua buku karya Neil Gaiman. Buku ini menyentil realita yang ada sekarang dengan caranya sendiri yang aneh dan lucu. Bacaan yang seru dan lucu!

***

Dua kutipan dari buku ini yang aku tandain pake post-it. Dua aja, soalnya banyak bener kalo yang menarik mau ditampilin di sini semua.

"JANGAN ANGGAP INI MATI, kata Kematian. ANGGAP SAJA KAU BERANGKAT LEBIH CEPAT UNTUK MENGHINDARI MACET."

"Mereka dibesarkan sebagai pengikut Setan, dan kalau mau terus terang, mereka tidak sepenuhnya jahat. Pada umumnya manusia memang tidak sepenuhnya jahat. ... Intinya, dibesarkan sebagai pengikut Setan malah cenderung mengurangi keistimewaan kepercayaan mereka itu. Rasanya seperti sekadar rutinitas tiap Sabtu malam. Di luar itu, mereka menjalani hidup sebaik-baiknya, seperti orang lain."

Monday, February 23, 2015

0 comments

Reply 1997: Drama Nostalgia ke Tahun 90an


Sinopsis:

Shi Won (Jung Eun Ji) adalah gadis SMA yang bersekolah di Busan, Korea Selatan. Orangnya enerjik dan suka nyablak. Ia dan sahabatnya, Yoo Jung (Shin So Yul), adalah fans boyband H.O.T. garis keras. Mereka rela melakukan apa saja demi idola mereka, bahkan sampai bermalam di depan rumah Tony, member H.O.T. yang disukai Shi Won, supaya bisa ketemu sama Tony.

Shi Won dan Yoo Jung juga bersahabat dengan Yoon Jae (Seo In Guk), Joon Hee (Hoya), Sung Jae (Lee Si Eon), dan Hak Chan (Eun Ji Won). Shi Won terutama sangat dekat dengan Yoon Jae, karena mereka sudah berteman sejak lahir. Tingkah mereka akrab kayak adik kakak, lengkap dengan pertengkarannya setiap hari. Walaupun sering di-bully Shi Won, Yoon Jae yang beranjak dewasa mulai merasakan suka pada Shi Won. Tapi Shi Won yang kelakukannya masih kayak anak kecil malah nggak nyadar.

Selain cerita tentang mereka berdua, keluarga dan sahabat-sahabat Shi Won juga punya masalahnya sendiri-sendiri yang bukan cuma seru untuk diikuti, tapi juga penuh makna.

***
Review:



Cerita dimulai di tahun 2012, di reuni SMA angkatan tahun 1997. Di reuni tersebut, para tokoh berkumpul dan bernostalgia. Dari reuni itu akan ada banyak adegan flashback ke masa SMA mereka di tahun 90an. Jadi drama ini alurnya maju mundur.

Walaupun di episode satu kita udah bisa ngeliat kalo drama ini bakalan happy ending (karena di acara reuni semua tokoh kelihatan rukun dan happy-happy saja), tapi ada banyak misteri di reuni itu. Kita dibuat menebak-nebak. Tokoh mana akan jadi dengan tokoh mana, juga akan ada satu pasangan yang mengumumkan pernikahannya di reuni, tapi kita nggak dikasih tahu pasangan itu siapa. Nah, misteri itu yang akan diungkap satu-satu di tiap episode nya.



Drama ini menurutku menarik karena: Pertama, premisnya aja udah menarik dan eksekusinya juga baik plus pemain-pemain yang chemistry nya dapet. Kedua, cara penyampaiannya dengan alur yang maju mundur ini bikin penasaran dan hampir di tiap episode ada aja twist atau kejutannya. Ketiga, bagi yang besar di tahun 90-an, bakalan diajak bernostalgia banget di drama ini karena setting nya dibikin beneran kayak tahun 90-an, beserta tren-tren fashion dan gadget yang ada pada zaman itu, khususnya di Korea.

Keempat, selain twist yang cukup ngagetin, di tiap episode nya juga nyampein pesan moral yang buat aku sih hampir selalu “ngena”, karena cerita drama ini sebenernya berkaitan banget sama kehidupan sehari-hari kita, terutama yang sudah mengalami masa perubahan hidup dari SMA menuju perkuliahan. Jadi bukan drama yang ada tokoh antagonisnya lalu cerita jahat vs baik gitu, bukan.

Kelima, mungkin ini satu-satunya drama yang bener-bener memperlihatkan betapa dahsyat kekuatan para fangirls nya boyband Korea, ya (CMIIW). Haha. Para fangirls itu passionate banget kalo menyangkut idola mereka. Fenomena fangirls di drama ini tuh nggak di-lebay-lebay-in, emang begitu aslinya kalo di Korea, bahkan sampe zaman sekarang juga masih begitu (salah satu buktinya ada di video ini, berita tentang EXO dan aksi fans nya yang luar biasa). Dan karena aku sekarang fans boyband EXO, aku bisa ngerti sih kenapa mereka sampe mau ngelakuin apa aja demi bisa deket sama idola mereka. Hehehe..

Oiya, boyband di drama ini, H.O.T. dan Sech Kies itu beneran boyband yang ada eksis Korea pada tahun 90an. Mereka termasuk generasi pertama K-Pop, katanya. Salah satu personil Sech Kies bahkan ikut main juga di drama ini, yaitu Eun Ji Won, sebagai Hak Chan.



Drama berhasil bikin aku ketawa-ketawa, senyum-senyum sendiri, nangis mewek, pokoknya bikin gemes nontonnya. Ending nya menurutku anti-klimaks sih, karena udah ketebak semua, episode terakhir seolah jadi pengkonfirmasi happy ending aja buat semuanya. Episode-episode yang berhasil bikin aku (yang orangnya sebenernya susah nangis ini) berlinangan air mata itu episode 12-15 :')

Kesimpulannya, ini salah satu drama coming-of-age yang recommended, terutama buat anak 90-an, semua fans boyband asal Korea, dan buat yang udah ngerasain asem manis nya perjalanan dari SMA ke kuliah :’)

***

Jung Eun Ji dan Hoya (sumber)

Anyway, ini adalah aksi acting pertama Jung Eun Ji, pemeran utama drama ini, lho. Sumpah tadinya aku kira ini anak udah lama jadi aktris, malah sempet ngira dia ini mungkin dulunya aktris cilik, soalnya aktingnya natural. Eh ternyata setelah aku googling, dia ini personil girlband A-Pink yang cuma pernah satu kali ikut kelas akting. Ck ck ck.. *tepuk tangan*

Ada satu lagi manusia dari dunia k-pop yang terlibat di drama ini, yaitu Hoya, personil boyband INFINITE. Pas pertama aku lihat mukanya di drama ini, aku mikir “Kok kayak pernah lihat mukanya, ya”. Ternyata dia ada di video performance EXO di MAMA 2013 ini, sebagai penonton (Jung Eun Ji juga muncul di situ sebagai penonton). Waktu nonton video itu, jujur aja aku agak mencibir dia. Eh taunya dia di drama ini aktingnya bagusss dan aku suka karakter yang dia mainkan di sini, yaitu Joo Hee. Aku pengen temenan sama Joo Hee, pengen peluk dia soalnya dia itu manis banget sikapnya dan kasian di sini :’) Ini juga aksi akting pertamanya Hoya. Oiya, si pemeran utama cowok, Seo In Guk, aslinya juga seorang penyanyi, lho.

P.S. Beberapa minggu sebelum aku nonton Reply 1997, aku nemu meme ini di twitter:


Meme ini G U E B A N G E T :') Ternyata foto itu di ambil dari salah satu scene di Reply 1997 :’)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...